Pada tahun 2008, Indonesia dihebohkan dengan berita tercemarnya susu yang beredar dipasaran. Adalah Institut Pertanian Bogor dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa beberapa susu formula yang beredar dipasaran tercemar bakteri Enterobacter sakazakii. Dengan sekejap bakteri ini menjadi bauh bibir dimana-mana. Lalu bakteri seperti E. sakazakii ini dan mengapa susu dapat tercemar bakteri ini dan apa dampak E. sakazakii bila masuk kedalam tubuh manusia terutama bayi? Pertanyaan yang wajar diungkapkan para ibu, karena merekalah yang menjadi ujung tombak dari rantai konsumsi susu terutama susu formula.
Enterobacter sakazakii termasuk kedalam keluarga bakteri yang besar dari Enterobacteriaceae, banyak dari keluarga ini termasuk kedalam bakteri yang patogen (beracun), seperti Salmonella dan Escherichia coli. Penelitian secara genetik menempatkan mereka ke dalam Filum Protobacteria, dan termasuk ke dalam Ordo Enterobacteriales. Pada tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae dengan pigmen kuning. Kemudian bakteri tersebut dikukuhkan kedalam Genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae.
Tatanama Binomial E. sakazakii | |
Kerajaan | Bacteria |
Filum | Proteobacteria |
Kelas | Gamma Protobacteria |
Ordo | Enterobacteriales |
Famili | Enterobacteriaceae |
Genus | Enterobacter |
Spesies | Enterobacter sakazakii |
Bakteri yang termasuk ke dalam Famili Enterobacteriaceae berbentuk batang dengan panjang yang khas 1-5 µm. Seperti Proteobacteria yang lain merupakan gram negatif, dan termasuk fakultatif anaerob, menfermentasi gula menghasilkan asam laktat dan produk akhir yang lainnya. Tidak seperti kebanyakan bakteri, Enterobacteriaceae umumnya tidak memiliki cytochrome C oxidase, walaupun pengecualian untuk Plesiomonas shigelloides. Kebanyakan mempunyai banyak flagella untuk bergerak, tetapi beberapa Genus tidak bergerak. Tidak menghasilkan spora, reaksi katalisi bervariasi diantara Enterobacteriaceae.
Enterobacter dapat ditemukan pada kulit manusia dan lingkungan seperti pada tanah, air, buangan limbah, saluran usus manusia dan hewan, dan beberapa produk susu. Beberapa spesies Enterobacter, seperti Enterobacter sakazakii merupakan patogen oportunitis pada manusia. Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran cerna manusia dan hewan, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat merupakan sumber infeksi. Beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi Enterobacter sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
Spesies Enterobacter merupakan patogen nosokmial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakterimia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, osteomyelitis dan infeksi mata.
Enterobacter sakazakii diketahui sebagai penyebab infeksi pada bayi yang diberi susu dengan susu bubuk formula. Bakteri yang disebut dengan Enterobacter cloacae pigmen kuning sampai 1980, dapat bertahan ketika proses pemanasan dan preparasi pada pembuatan susu bubuk formula yang terkontaminasi.
Laporan mengenai infeksi Enterobacter sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak, sepsis, dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi infeksi yaitu neonatal, bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV.
Angka kematian pada bayi yang terinfeksi Enterobacter sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan infeksi Enterobacter sakazakii meninggal dalam waktu 1 minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi Enterobacter sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gr dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.
Untuk mengantisipasi terpaparnya E. sakazakii, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para ibu. Pertama, apabila para ibu menyeduh susu diharapkan untuk menggunakan air matang dengan panas minimal 70 °C, bakteri ini hidup pada suhu 37 - 44 °C, kemudian melemah pada suhu 50 – 60 °C (bakteri ini tidak tahan panas). Jangan memberikan anak susu formula yang sudah 24 jam dibuat. Minimal waktu kontak susu dengan udara hingga saat pemberian, waktu yang disarankan adalah tidak lebih dari 4 jam. Saran yang lebih baik adalah, mendorong kepada para Ibu untuk memberikan ASI eksklusif yang pastinya akan membeikan manfaat yang lebih besar dibandingkan memberikan susu formula.
0 comments:
Post a Comment