Wednesday, September 7, 2011 | By: PharmacyIndonesia

Titrasi Asam Basa

Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat berdasarkan atas reaksi asam-basa. Bila sebagai titrannya digunakan larutan baku asam, maka penetapan kadar tersebut dinamakan asidimetri. Sebaliknya bila sebagai titrannya digunakan larutan baku basa, maka penetapan kadar tersebut dinamakan alkalimetri.

Kekuatan suatu asam atau basa tergantung pada derajat ionisasinya. Asam kuat atau basa kuat dapat dikatakan terdisosiasi sempurna. Sedangkan asam atau basa lemah terdisosiasi tidak sempurna. Makin kecil nilai Ka (pKa makin besar), maka semakin lemah asam tersebut. Pada titrasi Asam-Basa sebagai titran biasanya digunakan asam kuat atau basa kuat. Tidak semua asam atau basa dapat dititrasi secara Asam-Basa memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini bergantung pada nilai pKa (asam lemah) dan pKb (basa lemah). Hanya asam atau basa lemah yang memiliki kekuatan asam atau basa lebih dari 10-6 saja yang dapat dititrasi secara Asam- Basa memberikan hasil yang baik. Sedangkan asam atau basa yang memiliki kekuatan asam atau basa lebih kecil dari 10-6 tidak dapat ditentukan kadarnya secara titrasi Asam-Basa, namun dapat ditentukan kadarnya secara Titrasi Bebas Air (TBA). Pada Titrasi Bebas Air pelarut yang digunakan bukan air, tetapi pelarut organik yang dapat meningkatkan kekuatan asam atau basa dari zat /senyawa yang akan ditentukan kadarnya.

Indikator pada titrasi Asam-Basa adalah asam atau basa organik lemah yang mempunyai warna yang berbeda dalam bentuk molekul dan ionnya.

Warna molekul lebih kuat dalam suasana asam, sedangakan warna ion lebih kuat dalam suasana basa. Pada pH tertentu, dimana kedua bentuk ada dalam jumlah yang hampir sama, maka akan terjadi warna kombinasi dari warna molekul dan warna ionnya. Daerah transisi dari perubahan warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH dan daerah ini dinamakan trayek pH.


Pemilihan indikator ditentukan dengan pH larutan pada Titik Ekivalen (TE). Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, maka pH larutan pada Titik Ekivalen (TE) berada di atas 7, maka indikator yang digunakan adalah indikator yang memiliki trayek pH tersebut, misalnya : fenolftalein (8,3-10,5) atau biru timol (8,0-9,6). Sebaliknya pada titrasi basa lemah dengan suatu asam kuat, maka pH larutan pada Titik Ekivalen (TE) berada dibawah 7, maka indikator yang digunakan adalah indikator yang memiliki trayek pH asam tersebut, misalnya : metil jingga (3,1-4,4) atau metil merah (4,2-6,3).

Indikator
Perubahan Warna
Rentang pH
Asam pikrat
Tidak berwarna ke kuning
0,1-0,8
Timol biru
Merah ke kuning
1,2-2,8
2,6-dinitrofenol
Tidak berwarna ke kuning
2,0-4,0
Metil kuning
Merah ke kuning
2,9-4,0
Bromfenol biru
Kuning ke biru
3,0-4,6
Metil orange
Merah ke kuning
3,1-4,4
Bromkresol hijau
Kuning ke biru
3,8-5,4
Metil merah
Merah ke kuning
4,2-6,2
Metil ungu
Ungu ke hijau
4,8-5,2
Bromkresol ungu
Kuning ke ungu
5,2-6,8
Fenoftalein
Tidak berwarna ke pink
8,0-9,6
Timolftalein
Tidak berwarna ke biru
9,3-10,6
Alizaring kuning R
Kuning ke violet
10,1-12,0
1,3,5-trinitrobenzen
Tidak berwarna ke orange
12,0-14,0
Biru hidroksi naftol
Merah ke biru
12,0-13,0
p-α-naftolftalein
Kuning ke biru
7,0-9,0
Difenol ungu
Kuning ke lembayung
7,0-8,6
Kresol merah
Kuning ke merah
7,2-8,8


Pemilihan pelarut
1.    Zat yang akan dititrasi dan hasil titrasi harus dalam keadaan terlarut agar reaksi bergerak kearah kanan, untuk mendapatkan hasil yang kuantitatif dan stoikiometri tercapai.
2.    Pelarut yang biasa dipakai adalah air bila pelarutnya air, dapat juga dipakai pelarut lain yang bersifat  polar.

Pada titrasi Asidimetri biasanya titran yang digunakan adalah larutan baku sekunder HCl atau larutan baku sekunder H2SO4. Larutan baku sekunder ini harus terlebih dahulu dibakukan dengan suatu baku primer, biasanya yang digunakan adalah Na2B4O7. 10 H2O atau Na2CO3. Sedangkan pada titrasi Alkalimetri titran yang sering digunakan adalah larutan baku sekunder NaOH atau larutan baku sekunder KOH. Larutan baku sekunder NaOH atau KOH harus dibakukan terlebih dahulu dengan baku primer, biasanya H2C2O4. 2 H2O (kalium hidrogen ftalat).

Pembuatan Larutan Baku HCl 0,1 N (Mr = 36,5; BE = 1)
Masukkan 900 mL air suling ke dalam labu ukur 1 L, kemudian tambahkan sedikit demisedikit 8,1 mL HCl 37% sambil diaduk, kemudian tambahkan aquadest sampai 1 L.

Pembakuan Larutan Baku HCl 0,1 N
Pipet 10,0 mL larutan baku primer Na2B4O7. 10 H2O (borax) 0,1 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes indikator metil merah. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N, hingga warna nerubah dari kuning menjadi merah.

Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N (Mr = 40; BE = 1)
Tambahkan 4 g NaOH, masukkan ke dalam labu ukur 1 L, tambahkan 800 mL aquadest bebas CO2  aduk hingga larut sempurna. Kemudian tambahkan sampai 1 L.

Pembakuan Larutan Baku NaOH 0,1 N
Pipet 10,0 mL larutan baku asam oksalat dihidrat 0,1 N. masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes fenolftalein. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda.

Contoh zat yang dapat di titrasi secara Titrasi Asam-Basa klik disini.

0 comments:

Post a Comment